April 10th, 2007 selesai semester 1 kuliah. Awalnya begini, aku dan Kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman pertamaku saat kehilangan keperjakaanku ketika baru 3 orang sahabatku Steven, Erwin dan Wan Fu sudah akrab sejak kelas 1 SMA. Ketika kuliah hanya tinggal aku & Steven yang sekampus, Erwin dan Wan Fu telah berpisah, tapi kami masih sering kumpul bareng dan main bersama.
Pada hari itu kuliah semester awal telah kami selesaikan. Kami berencana untuk main ke villa milik Steven di Puncak. Rencana ini kami buat cukup mendadak, 2 hari sebelum keberangkatan, sehingga aku & Steven hanya sempat menghubungi Erwin, telepon di rumah Wan Fu sepertinya sedang rusak karena tidak nyambung-nyambung. Berhubung rumahnya jauh maka besoknya, sehari sebelum berangkat kami bertiga dengan mobilnya Steven pergi ke rumahnya memberitahu sekalian membeli keperluan besok.
Sesampai di sana, ternyata di rumah hanya ada kakaknya, Mei Fang yang membukakan pintu untuk kami. Ci Mei Fang orangnya sangat cantik, rambutnya sebahu lebih, wajah oval, kulit putih, tubuh jangkung seksi hampir 170 cm dan payudaranya itu lho, benar-benar aduhai, mungkin 35B. Mungkin pembaca tahu aktris top Jepang, Noriko Sakai, hampir mirip dialah Ci Mei Fang. Waktu itu umurnya 24 tahun, kuliah S2. Ketika menyambut kami, dia memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek, sehingga makin terlihat keindahan tubuhnya.
Di rumah itu hanya dia sendirian, Wan Fu dan orang tuanya sedang mengikuti undangan di luar kota, besok sore baru pulang.
“Kok Cici nggak ikut, kan boring di rumah sedirian, Ci?” tanya Erwin.
“Ahh, Cici kurang suka ikut pesta-pesta kayak gituan, terlalu banyak basa-basi, lagian banyak godaan makanan enak, Cici takut gendut nih.” jawabnya ramah.
“Ngapain aja Ci sendirian gini, nggak takut malamnya, perlu kita temenin nggak?” kataku bercanda.
Tapi malah dia jawab, “Bener nih mau temenin Cici, ya udah kalo gitu masuk aja, temenin Cici ngobrol, sepi nih.”
Kamipun agak heran mendengar jawaban itu, setelah saling pandang sejenak kami akhirnya setuju. Steven memarkir mobilnya ke pekarangan.
Tiba di ruang tamu, Ci Mei Fang menyuguhkan minum & snack untuk kami. Dia juga menawarkan rokok, tapi hanya Steven yang menerima, yang lain tidak merokok. Ci Mei Fang menyulut rokoknya dan mulai membuka obrolan. Ternyata orangnya ramah dan enak diajak ngomong sampai obrolan-obrolan yang agak nyerempet. Sambil nonton kami ngobrol dan bercanda panjang lebar.
Di tengah obrolan Erwin bertanya, “Pernah nggak, Cici nonton film BF?”
Dijawabnya, “Pernah, tapi jarang.. Oh iya, Cici baru ingat, 2 hari lalu papa pinjam VCD kayak gitu, mau liat nggak kalian, Cici tau kok tempat simpannya.”
Aku berpikir, “Gile nih cewek, nggak malu-malu banget ngomong gitu sama cowok!”
Ditawarin begitu ya kami iya-iya aja, siapa sih yang nggak mau. VCD dinyalakan, adegan-adegan di film membuat ruang tamu yang luas itu hening karena semua terpaku pada TV.
Kira-kira 1 jam kurang film itu berakhir.
“Rame ya Ci filmnya, nontonnya serius amat tadi”, kata Steven.
Ci Mei Fang berkata, “Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak tadi?”
Kami semua menggeleng, “Belum Ci, emang Cici pernah?” tanyaku.
Bukannya menjawab, Ci Mei Fang malah memanggilku duduk di sebelah kirinya, menyuruh Steven yang sejak tadi di sebelah kanannya agar lebih mendekat, dan Erwin disuruh duduk jongkok di depannya.
Setelah kami mengelilinginya dia berkata, “Mau nggak kalian Cici ajarin supaya jadi pria dewasa?”
Karena ini bukan situsb0k3p, jadi untuk kelanjutannya Download dan baca sendiri ya. ^_^
Pada hari itu kuliah semester awal telah kami selesaikan. Kami berencana untuk main ke villa milik Steven di Puncak. Rencana ini kami buat cukup mendadak, 2 hari sebelum keberangkatan, sehingga aku & Steven hanya sempat menghubungi Erwin, telepon di rumah Wan Fu sepertinya sedang rusak karena tidak nyambung-nyambung. Berhubung rumahnya jauh maka besoknya, sehari sebelum berangkat kami bertiga dengan mobilnya Steven pergi ke rumahnya memberitahu sekalian membeli keperluan besok.
Sesampai di sana, ternyata di rumah hanya ada kakaknya, Mei Fang yang membukakan pintu untuk kami. Ci Mei Fang orangnya sangat cantik, rambutnya sebahu lebih, wajah oval, kulit putih, tubuh jangkung seksi hampir 170 cm dan payudaranya itu lho, benar-benar aduhai, mungkin 35B. Mungkin pembaca tahu aktris top Jepang, Noriko Sakai, hampir mirip dialah Ci Mei Fang. Waktu itu umurnya 24 tahun, kuliah S2. Ketika menyambut kami, dia memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek, sehingga makin terlihat keindahan tubuhnya.
Di rumah itu hanya dia sendirian, Wan Fu dan orang tuanya sedang mengikuti undangan di luar kota, besok sore baru pulang.
“Kok Cici nggak ikut, kan boring di rumah sedirian, Ci?” tanya Erwin.
“Ahh, Cici kurang suka ikut pesta-pesta kayak gituan, terlalu banyak basa-basi, lagian banyak godaan makanan enak, Cici takut gendut nih.” jawabnya ramah.
“Ngapain aja Ci sendirian gini, nggak takut malamnya, perlu kita temenin nggak?” kataku bercanda.
Tapi malah dia jawab, “Bener nih mau temenin Cici, ya udah kalo gitu masuk aja, temenin Cici ngobrol, sepi nih.”
Kamipun agak heran mendengar jawaban itu, setelah saling pandang sejenak kami akhirnya setuju. Steven memarkir mobilnya ke pekarangan.
Tiba di ruang tamu, Ci Mei Fang menyuguhkan minum & snack untuk kami. Dia juga menawarkan rokok, tapi hanya Steven yang menerima, yang lain tidak merokok. Ci Mei Fang menyulut rokoknya dan mulai membuka obrolan. Ternyata orangnya ramah dan enak diajak ngomong sampai obrolan-obrolan yang agak nyerempet. Sambil nonton kami ngobrol dan bercanda panjang lebar.
Di tengah obrolan Erwin bertanya, “Pernah nggak, Cici nonton film BF?”
Dijawabnya, “Pernah, tapi jarang.. Oh iya, Cici baru ingat, 2 hari lalu papa pinjam VCD kayak gitu, mau liat nggak kalian, Cici tau kok tempat simpannya.”
Aku berpikir, “Gile nih cewek, nggak malu-malu banget ngomong gitu sama cowok!”
Ditawarin begitu ya kami iya-iya aja, siapa sih yang nggak mau. VCD dinyalakan, adegan-adegan di film membuat ruang tamu yang luas itu hening karena semua terpaku pada TV.
Kira-kira 1 jam kurang film itu berakhir.
“Rame ya Ci filmnya, nontonnya serius amat tadi”, kata Steven.
Ci Mei Fang berkata, “Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak tadi?”
Kami semua menggeleng, “Belum Ci, emang Cici pernah?” tanyaku.
Bukannya menjawab, Ci Mei Fang malah memanggilku duduk di sebelah kirinya, menyuruh Steven yang sejak tadi di sebelah kanannya agar lebih mendekat, dan Erwin disuruh duduk jongkok di depannya.
Setelah kami mengelilinginya dia berkata, “Mau nggak kalian Cici ajarin supaya jadi pria dewasa?”
Karena ini bukan situs